Selasa, 24 Juli 2012 | By: e_yanuarto

Migrasi -Move On-


Berawal dari migrasi beberapa bulan lalu ke metropolitan macam Jakarta, pengalaman ini didapat dan akhirnya terereeettt…. cerita pun bisa dimulai. Bagi sebagian orang, mungkin menjadi momok yang cukup menakutkan harus pindah ke kota super crowded seperti Jakarta. Namun ada yang menganggap biasa-biasa saja, bahkan memunculkan sebuah tantangan untuk survive dan meraih sukses di ‘Hutan beton’ Ibukota. Sekelas kota metropolitan memang menyediakan fasilitas meraih kesuksesan dengan ‘mambrah-mambrahsangat banyak. Tinggal kesediaan manusianya saja yang mau atau tidak mengolah segala sarana yang ada dengan maksimal. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi sedikit ikhwal migrasi untuk meraih mimpi.
Berbagai motif dimiliki oleh para pejuang yang hendak berjuang di tanah rantau. Ada yang berniat untuk mencari ilmu dengan bersekolah atau kuliah di kampus ternama. Mendapatkan penghidupan yang lebih layak dari sebelumnya. Mencari pengalaman baru. Apapun jenis impiannya, yang jelas ada sesuatu yang hendak diraih dengan jalan migrasi -move on-.

Migrasi ini saya tafsirkan sebagai ‘berpisah untuk sekian waktu yang tidak bisa ditentukan dari apapun yang melekat saat ini termasuk dengan orang-orang yang disayangi. Nasehat dalam sebuah motivation training, inilah saatnya keluar dari zona aman dan kenyamanan. Selama ini selalu ada keluarga, teman, sahabat dan komunitasnya yang siap siaga menemani dan menguatkannya. Akan tetapi, sejak migrasi itulah berarti ‘genderang perang’ ditabuh. Perang akan kemandirian yang menjadi lawan utamanya. Ya! Mandiri dalam segala hal. Mulai dari kebutuhan beribadah serta kebutuhan yang melekat sehari-hari macam makan, minum, mencuci, dan tempat tinggal alias rumah kos, sampai membunuh kesepian dalam kesendirian juga harus bisa diatasi sendiri. Mandiri disini bukan berarti kita mesti hidup seorang diri tanpa bergaul dengan orang lain layaknya hidup di tengah hutan belantara nan suci yang belum terjamah manusia sama sekali, namun mandiri untuk benar-benar bisa berpijak dengan gigih nan kuat diatas kaki sendiri.
Migrasi -Hijrah- Rosululloh Muhammad SAW
Menegakkan kemandirian itu ternyata tidak semudah dengan meniup debu yang menempel di meja sudut ruang. Jika sudah mantap untuk migrasi, maka kita mesti pasang kuda-kuda dengan benar. Niat yang tulus untuk belajar mandiri dan azam yang kuat sangat dibutuhkan agar program kemandirian dalam perantauan bisa sukses. Niat yang tulus sangat perlu dicanangkan agar setiap aktivitas di ‘Negeri Orang’ bernilai ibadah kepada Yang Maha Pengasih nan Penyayang. Innamal a’malu binniyyat, segala sesuatu dinilai Alloh dari niatnya. Maka akan sangat disayangkan ketika aktivitasnya bukan diniati karena Alloh SWT Yang Maha Mengetahui, karena semua itu akan menjadi sia-sia amal perbuatannya. Maka langkah pertama yang semestinya dilakukan adalah dengan me-refresh NIAT.
Azam yang kuat dibutuhkan agar ‘Sang Perantau’ mampu bertahan dan meneruskan perjuangannya. ‘Sang Perantau’ mesti bersungguh-sungguh. Ibarat pejuang Perang Badar yang terus meneriakkan semangat Jihad. Jihad menjadi jalan yang mesti ditempuh. Bukan bermaksud menyarankan untuk menjadi ‘pengantin’ yang mengalungi bom berbahan baku TNT untuk meledakkan sasaran ledak lantas menjadi terkenal karena diberitakan di media massa. Namun lebih kearah kesungguhan dalam setiap tindakannya. Ya!!! Sungguh-sungguh. Totalitas dalam belajar dan serius dalam berusaha ataupun bekerja. Tak jarang akan datang gangguan. Merasakan kejenuhan dalam kesendirian yang sepi, menghadapi tantangan dari segala bentuk hawa nafsu, serta muncul godaan lainnya yang kesemuanya itu sebenarnya menjadi alat untuk menempa diri.  Hembusan-hembusan lirih untuk kembali ke comfort zone juga sesekali terdengar dengan jelas. Oleh karena itu, kuda-kuda kedua yang semestinya dilakukan adalah memiliki KESUNGGUHAN!
Meskipun untuk urusan pribadi, kita sebaiknya perlakukan setiap hal dengan baik dan bijaksana. Apalagi untuk urusan yang terkait dengan orang lain, pendidikan ataupun pekerjaan. Tak lain dan tak bukan adalah demi kemanfaatan yang akan kita peroleh. Akan menjadi tidak sempurna hasilnya jikalau kita memperlakukannya dengan setengah hati apalagi hanya pura-pura bak opera topeng yang tak mungkin menampilkan wajah aslinya. Dalam mata kuliah Manajemen Bisnis, diajarkan tentang strategi untuk mencapai tujuan. Ibarat sebuah jurus pamungkas dalam dunia bela diri. Para ahli Manajemen sering menyebutnya dengan POAC. POAC digunakan untuk mengatur project yang ditangani supaya berhasil. P disini untuk Planing, O untuk Organizing, A untuk Actuating, dan C untuk Controlling. Selain itu, ada pula ahli yang menambahkannya dengan unsur E untuk Evaluating.

Rencanakan apa saja yang akan dilakukan selama masa ‘inkubasi’ di dunia rantau. Perencanaan yang baik dan rapi akan dapat membantu mencapai target yang telah dibidik, meraih mimpi yang menjadi asanya. Saking sakralnya perencanaan, para master motivasi sering memberi petuah “Gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan”. Pengelolaan secara efisien dan efektif sumber daya yang dimiliki akan menambah power layaknya dongkrak prestasi. Setelah planing tersusun dan pengelolaan yang mendukung perencanaan dibuat, saatnya beraksi semaksimal mungkin. Atur ritme dan nuansa perjuangan agar tidak kendor di awal dan terus melaju sampai garis finish. Selalu awasi action yang diambil agar senantiasa berada pada rel yang benar. Apabila terjadi pergeseran jalur, segera akan diketahui  penyebab dan akibatnya, sehingga bisa secepat mungkin mengambil tindakan untuk mengatasinya. Hal itu bisa terlaksana dengan pengawasan yang ketat.

Setelah aktivitas selesai dikerjakan, tak ada salahnya kita lakukan evaluasi. Bagian mana yang sudah memenuhi harapan akan diketahui. Bagian yang masih dibawah hasil memuaskan bisa teridentifikasi pula. Otomatis langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan pada bagian yang belum ‘layak cetak’ tadi. Adil dan proporsi juga perlu diterapkan dalam segala aktifitasnya. Tidak kurang dan tidak lebay a.k.a berlebihan serta tepat sasaran. Oleh karena itu, kuda-kuda yang ketiga adalah bertindak dengan profesional. Baik dan benar. Cepat dan tepat. Ada sinkronisasi antara tujuan dengan cara yang diambil serta didasari niat yang baik.

Setelah berbagai usaha dilakukan untuk berjuang di tanah rantau, ada faktor lain yang berpengaruh pada keberhasilan kita. Faktor X yang tidak terlihat mata meskipun dengan bantuan lensa sekalipun. Dan saatnya lah kita serahkan kepada faktor X tersebut. Dia yang Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk planing kita. Dia yang mengarahkan pengelolaan kita. Dia yang menegur action kita apabila melenceng dari aturan mainNYA. Dia yang menilai setiap tetes keringat usaha kita dan akan membalasnya dengan sangat adil. “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” QS 99:7. Dan juga sebaliknya, “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” QS 99:8. Dialah Alloh SWT!

“Doa + Ikhtiar (Usaha) + Tawakal”

Terakhir namun bukan akhir, yang tak kalah penting juga adalah adanya teman dan sahabat. Carilah teman agar kita tidak mati kesepian dalam kesendirian. Dan tak sedikit pula akan kita hadapi tantangan dalam masa-masa ini. Kehadiran seorang teman akan sangat berarti apabila sedang menghadapi sebuah masalah. Salah satunya adalah sakit. Sakit dalam masa-masa ini juga suatu hal yang sangat tidak diinginkan, karena rasanya lebih sakit dibandingkan ketika sakit di rumah (pengalaman hehe..). Namun perlu hati-hati juga dalam bergaul. Bertemanlah dengan semua orang, tetapi pilihlah untuk jadi sahabat. Ia yang mengajak untuk kebaikan pantas untuk dijadikan sahabat. Yang mengingatkan ketika kita terlena dan khilaf. Yang terus menyemangati ketika sedang down diterpa badai masalah. Dan yang mau berkorban untuk kebaikan sahabatnya. Berbahagialah yang punya sahabat untuk berbagi dan sebagainya.

Mungkin inilah yang dimaksud Imam Syafi’i  dalam sebuah petuahnya, “...Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat dan kawan.” Sang Imam menganjurkan kita untuk meninggalkan tempat lama yang penuh kebahagiaan menuju tempat labuhan baru yang penuh tanda tanya. Merantaulah untuk mencari kemuliaan diusia muda (syair lengkapnya, cek disini). Selamat berjuang dalam dunia rantau yang kata orang dunia yang keras. Teruslah bersemangat untuk menjemput cahaya kemenangan. Tetap berdiri TEGAK karena kita PETARUNG, dan tetaplah berGERAK karena kita PEJUANG. Selama punya Alloh, insyaalloh DIA akan akan selalu membimbing dan mengarahkan kita. Jadi tidak usah khawatir apalagi sampai ketakutan yang berlebihan. Selalu lah usahakan bersamaNYA. Serta ingat rumusnya: “NiBa, CaBa, HasBa”.

“Niat Baik + Cara Baik (insyaalloh) = Hasil Baik”
Allohu a’lam...

6 komentar:

Rizka Rahmaida mengatakan...

"sampai membunuh kesepian dalam kesendirian juga harus bisa diatasi sendiri"
curcol nih yee.. :P

e_yanuarto mengatakan...

maaf itu bukan curcolan saya, melainkan unek-unek temen. yaaa, sbg teman yg baik saya tulis saja he.. (Kmu ngrasa yah??? wakakakak...)

Rizki Khotimah mengatakan...

Mungkin inilah yang dimaksud Imam Syafi’i dalam sebuah petuahnya, “...Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat dan kawan.” Sang Imam menganjurkan kita untuk meninggalkan tempat lama yang penuh kebahagiaan menuju tempat labuhan baru yang penuh tanda tanya. Merantaulah untuk mencari kemuliaan diusia muda..

well, syairnya semoga menjadi penguat..suatu saat..jika waktu untuk merantau telah tiba :).

Udah di sahare link fb?. Bagus kok..

Hmm, jadi ada insiprasi untuk nulis juga..hehe.syukron yaa ^^

e_yanuarto mengatakan...

Rantau telah tiba, Rantau telah tiba
Hore hore hore... Hatiiiiku gembira :)

Ya silahkan, nanti klo tulisannya sdh jd, di-share aj..

Tha_Febrina mengatakan...

bagus bgt mz, inspiratif bgt bwt yg merantau,,,
ini tulisannya pz qu baca kok ya smua-nya aku bgt, dari apa yg di alamin sampe dirasain hati n pikiran :)

padahal blum lama nih curhat beginian ke keluarga n tmn lama, trnyata rata2 org merantau spt itu ya, qu kira cuma aku *maklum baru pernah mrasakan seperti ini move-on,,

teruz nulis ssuatu yg bisa memotivasi ya mz,krna ngga smw orang bisa nulis seperti ini, #inspiratif bgttt :)

e_yanuarto mengatakan...

syukurlah...
Yaa, begitulah moving,selalu ada 'rasa' baru dengannya. bener bgt tuh kata Imam Syafi’i...
Ya insyaalloh, smga istiqomah..

Posting Komentar