Jumat, 03 Agustus 2012 | By: e_yanuarto

Galau-ers….

“Aduuhhh.. Kok jadi gitu si.. pusing deh” celotehnya sambil mantengin notebooknya.
“Iya nihh... Gimana dong???” komentar teman sebelahnya yang tak kalah galaunya.
Yuhuu, makin ngetren aja ‘galau’ ini. Seolah sudah janjian dengan hujan yang makin rajin mengguyur bumi akhir-akhir ini –musim hujan-.

Galau. -ilustrasi (inet)-
Galau memang sah-sah saja melanda manusia, ya gak? Namanya juga manusia.
Galau biasa diartikan sebagai kacau tidak karuan. Atau dengan kata lain, kondisi seseorang yang sedang sedih, bingung, resah, dan gelisah. Terjadi karena masalah yang mungkin datang dengan tiba-tiba atau bisa juga lantaran masalah yang tak kunjung selesai. Seiring pertanyaan yang terbesit dalam hati, “Sampai kapan penderitaan ini terus berlangsung???

Sebagai manusia biasa, ya wajar sekali kita didera masalah. Mulai dari masalah diri sendiri, keluarga, sekolah, kuliah, teman, ato bahkan bermasalah dengan hal yang bahkan kita tidak mengenalnya. Seakan bukan hidup kalau tidak ada masalah yang menerpa. Sebuah themesong iklanpun menyebutkan, “Apalah itu hidup jika tidak ada masalah-masalah yang selalu ada.” nah lho??? Dengan kata lain, hidup itu peralihan dari satu masalah ke masalah yang lain.

Ketika masalah itu melanda, suasana psikologis jadi terganggu.  Mood yang tadinya bagus bisa-bisa seketika itu jadi bad lantaran masalah yang tiba-tiba datang menerpa tanpa kabar-kabar dahulu –emang tamu- he... Selera makan tak jarang jadi pergi tak berjejak. Hati jadi tak tenang, pikiran jadi tidak fokus, semangat jadi ikut-ikutan down, badan juga bisa panas dingin ketika masalah tiba-tiba saja datang menghampiri. Mau sekolah rasanya ogah-ogahan, mau kuliah jadi setengah hati, mau kerja juga ngrasanya males banged, jadi gak enak untuk beraktivitas.

Yaa…itulah manusia. Memang menjadi hal yang manusiawi galau melanda. Siapapun itu, dimanapun ia berada dan apapun makannya galau bisa melanda –termasuk yang nulis-.
Kalau kita telusuri ke masa dahulu, ternyata “kegalauan” juga pernah melanda sahabat Nabi lho..
Ah masa si..??? sahabat Nabi gitu loh..
Yup!! Ada sebuah kisah yang menceritakan sahabat yang terkenal tegas, mengalami ‘galau’. Yup, dialah sahabat Umar Bin Khottob yang sedang mengalami kegalauan.
Kok bisa si beliau terkena virus ‘galau’? Mari kita selidiki lebih lanjut kisahnya.

Kisah tersebut berawal dari disepakatinya sebuah perjanjian antara RosulullohSAW dengan Kaum Quraisy yang terkenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Waktu itu, Rosululloh SAW beserta sahabat berencana untuk safar menuju Masjidil Haram dan thawaf disana. Tetapi sebelum niat itu terlaksana, ternyata Kaum Quraisy mendengar rencana Rosululloh SAW tersebut. Mereka segera mencegat rombongan Rosululloh SAW ditengah jalan menuju Masjidil Haram. Sampai akhirnya dipilihlah seorang dari pihak Kaum Muslim sebagai utusan untuk menyampaikan kepada Kaum Quraisy ikhwal kedatangannya ke Masjidil Haram untuk thawaf, yaitu Utsman bin Affan. Sempat terdengar ia dibunuh oleh orang-orang Quraisy, sampai-sampai Rosululloh SAW mengadakan Baiat Ridhwan untuk mewakili Utsman. Yang karenanya Alloh SWT menurunkan ayat ke 18 Surat Al Fath:

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”

Tapi kabar itu tak ubahnya kabar angin, saat baiat berlangsung Utsman pun muncul, yang menandakan bahwa beliau masih hidup.
Akhirnya pengukuhan perjanjian diantara dua pihak pun terlaksana. Masing-masing pihak mempunyai klausul atas perjanjian yang akan disepakati. Pihak Quraisy diwakili oleh Suhail bin Amr. Rosululloh senang berunding dengan dia karena namanya yang berarti mudah dan gampang, Rosul berharap perundingan akan segera berhasil dengan sukses. Dengan melewati perundingan yang cukup panjang akhirnya kedua belah pihak sepakat terhadap kalusul-klausulnya.

Ketika klausul mau ditulis Ali bin AbuThalib dengan kalimat basmalah sebagai pembuka, Suhail menyela dan meminta untuk dirubah dengan “Bismika Allahumma.” Bahkan bantahan itu terjadi sampai dua kali. Bantahan yang kedua terjadi ketika Ali akan menuliskan”....Muhammad Rosul Alloh”.

Suhail kembali menyela dan menyuruh menggantinya dengan “Muhammad bin Abdullah”. Rosul bersabda, “Bagaimanapun juga Aku adalah Rosul Alloh sekalipun kalian mendustakan Aku.” Lalu beliau memerintahkan Ali untuk menulis seperti usulan Suhail dan menghapus kata-kata Rosul Allh yang sudah terlanjur tertulis. Namun Ali sempat menolak menghapusnya. Akhirnya Beliau yang menghapusnya dengan tangan Beliau sendiri.

Dengan selesainya klausul perjanjian, menandakan bahwa ada gencatan senjata antara kaum Muslim dengan Quraisy. Perjanjian itu juga menandakan terkait kegagalan rencana Kaum Muslim untuk thawaf di Masjidil Haram karena salah satu isi perjanjiannya adalah baru mengijinkan Kaum Muslim untuk thawaf tahun depan. Inilah untuk pertama kalinya kaum Muslim ‘berdamai’ dengan Quraisy sejak bersitegang pada perang Badar.

Selesainya perjanjian menyisakan dua fenomena yang susah diterima diantara orang-orang Muslim. Yang pertama, kegagalan untuk thawaf menimbulkan kekeceweaan pada orang-orang Muslim sehingga tampak murung dan sedih. Mereka bertanya-tanya, mengapa Rosul kembali lagi tanpa thawaf di Masjidil Haram. Padahal Rosul telah menyatakan untuk mendatangi Masjidil Haram dan thawaf. Fenomena yang kedua adalah ketika Rosululloh dengan mudahnya memenuhi setiap sangkalan Suhail dan permintaannya ketika berunding. Pertanyaan yang muncul dibenak orang-orang Muslim adalah Rosululloh SAW yang jelas berada pada jalan kebenaran dan Alloh yang sudah menjanjikan kemenangan agama-Nya, mengapa buru-buru merendahkan diri dengan mengukuhkan perjanjian tanpa melakukan tekanan terhadap Quraisy terlebih dahulu?

Dua fenomena inilah yang memancing munculnya keragu-raguan, was-was, dan dugaan macm-macam di hati mereka. Karena dua fenomena ini pula perasaan mereka menjadi perih dan terluka. Hal ini terjadi sebab dugaan dan kepedihan lebih menguasai pikiran tanpa dipikirkan lebih jauh dampak dari isi perjanjian.

Salah satu sahabat yang sangat murung adalah Umar bin Khottob, sahabat yang terkenal ketegasannya.


Umar kemudian menemui Rosululloh SAW dan bertanya, “Wahai Rosululloh, bukankah kita berada di atas kebenaran dan mereka berada di atas kebatilan?”
“Begitulah,” Jawab Beliau
“Bukankah korban yang mati di antara kita berada di surga dan korban yang mati diantara mereka berada di neraka?” Tanya Umar melanjutkan.
“Begitulah.” Jawab Beliau.
“Lalu mengapa kita merendahkan agama kita dan kembali, padahal Alloh belum lagi membuat keputusan antara kita dan mereka?” Tanya Umar lagi.
“Wahai Ibnul Khaththab, aku adalah Rosul Alloh dan aku tidak akan mendurhakaiNYA. Dia penolongku dan sekali-kali tidak akan menelantarkan aku.” Jawab Rosululloh.
“Bukankah engkau telah memberitahukan kepada kami bahwa kita akan mendatangi Ka’bah dan thawaf disana?” Umar kembali bertanya.
“Begitulah. Apakah aku pernah menjanjikan kita untuk ke sana tahun ini?” Rosul gantian bertanya.
Umar menjawab, “Tidak.”
“Kalau begitu engkau akan pergi ke Ka’bah dan thawaf di sana tahun depan.” Sabda Beliau.

Ka'bah
Mendengar jawaban Rosul, hati Umar masih penasaran dan bertanya-tanya. Lalu ia menemui Abu Bakar dan bertanya sama seperti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rosululloh. Ternyata Abu Bakar juga memberikan jawaban yang sama persis. Lalu ia menambahi jawabannya, “Patuhilah kepada perintah dan larangan beliau sampai engkau meninggal dunia. Demi Alloh, Beliau berada diatas kebenaran.”

Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rosululloh, Al Fath ayat 1

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.”
dan seterusnya dari Surat Al Fath, lalu Beliau membacakannya kepada Ummar.
Umar kembali bertanya, “Wahai Rosululloh apakah itu benar-benar sebuah kemenangan?”
“Benar.” Jawab Beliau.

Mendengar jawaban tersebut dari Rosululloh, hati Umar baru merasa tentram dan tenang. Kemudian ia menyesali tindakannya tadi yang banyak bertanya. Umar pun hanya seorang manusia biasa seperti kita. Namun ia ‘beruntung’ karena kegalauannya itu tetap dijalan kebenaran. Beliau segera bertobat kepada Alloh atas kekeliruannya itu. Ia terus-terusan beristighfar memohon ampun. Alhamdulillah...dengan dikembalikan kepada Alloh semua kegalauan itu berakhir dengan cara-cara yang diridhoiNYA.

Allohu a’lam...

3 komentar:

Tha_Febrina mengatakan...

mz saran yaw, diakhir tulisan ini klo boleh dkasi kesimpulan buat pembacanya yg berkaitan dg judul n kisah yg di dlmnnya,,,

e_yanuarto mengatakan...

Tadinya memang sudah tek tulis, tp te pikir2 akhirnya tek hapus saja lah..
Biar para pembaca mengambil ibrohnya sendiri2 yah..
Trma ksh Ta..

e_yanuarto mengatakan...

Salah satunya ada di penghuujung...

"...Alhamdulillah dengan dikembalikan kepada Alloh semua kegalauan itu berakhir dengan cara-cara yang diridhoiNYA".

Posting Komentar