A
|
khir pekan telah
menjadi waktu yang sangat berharga, apalagi bagi para pekerja kantoran yang
sebagian besar harinya dihabiskan di ‘hutan beton’ tempat mengais sebongkah
berlian. Menjadi berharga bak permata dalam lumpur karena saat-saat itulah yang
dinanti setelah berhari-hari bergelut dengan aktifitas ‘fardhunya’ di bilik
kesayangan. Ibarat burung yang lepas dari sangkarnya, seolah-olah hari libur
menjadi hari bebas merdeka tanpa ada yang membatasi atau melarangnya untuk
terbang bebas sesuka hati ke angkasa nan biru lazuardi.
Prince Dastan |
Beraneka ragam
kegiatanpun dilakukan untuk memanfaatkan momen indah tersebut. Mulai dengan
berlibur ke luar kota untuk bertamasya, melakukan hobi yang mungkin sudah lama
tidak terjamah, mengunjungi sanak famili, berkemah, memasak bersama anggota
keluarga, mengikuti bakti sosial atau hanya sekedar bersantai di rumah sambil membaca
buku atau menonton film. Motifnya pun bermacam tujuan, ada yang ingin mencari
pengalaman baru, berhasrat mendapatkan kesegaran dan kenikmatan alam, ingin
menyambung silaturahim, menginginkan lebih harmonis dalam keluarga, dan ada
juga yang hanya sekedar beristirahat untuk memulihkan energi yang terbuang.
Sama halnya dengan
saya, akhir pekan yang lalu saya manfaatkan untuk ‘memanjakan diri’. Setelah
menyelesaikan aktivitas wajibnya seperti mencuci dan lain sebagainya, segera
saya ambil kepingan DVD yang saya dapet dari temen (pinjam biar gratis he..).
Itung-itung sambil istirahat, sebuah judul
film telah siap untuk menemani saya. Player sudah ready, langsung saja saya mainkan. It’s time to movie.
Film memang tidak
mempunyai kadaluarsa. Meskipun buatan 50 tahun yang lalu asalkan gambarnya
masih cukup bagus tidak ada salahnya untuk ditonton. Seperti film yang saya
pilih ini (lebih tepatnya judul film ini yang dipinjami teman) juga bukan termasuk
film terbaru, namun ceritanya bagus (nantinya kita tahu memang benar-benar
bagus). Film berjudul The Prince of Persia : The Sands of Time yang kalau tidak
salah diputar untuk pertama kalinya pada tahun 2010 silam, itulah film yang
saya tonton.
Film ini
menceritakan tentang sebuah kerajaan yang begitu digdaya di Timur Tengah yaitu
Persia (kini kita menyebutnya dengan Iran), mungkin kalo saat ini mirip dengan
Amerika Serikat yang sering terlihat ingin mencampuri urusan rumah tangga
negara lain. Sang Raja yang sedang jalan-jalan dipusat kota begitu terkesima
dengan aksi seorang bocah yang dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit
kerajaan. Setelah mengerahkan begitu banyak prajurit, sang Raja dapat menangkap
anak itu. Bukan untuk dihukum melainkan untuk diangkat anak menjadi pangeran
ketiga, setelah sebelumnya sang Raja mempunyai dua orang putra. Keputusan ini
memang membuat keluarga kerajaan dan kerabat bertanya-tanya, namun mereka dapat
menerima keputusan Raja. Bergelar Pangeran Dastan, ia akhirnya tumbuh menjadi
seorang Ksatria. Suka berpetualang, berkelahi dan sedikit urakan menjadi ciri
khasnya. Jiwanya yang liar mengantarkannya menjadi seorang Ksatria yang ahli
pertempuran dalam suatu peperangan.
Sampai pada suatu
hari ia ditugasi untuk menjadi barisan pertama penghancur pasukan musuh ketika
menyerang Kota ‘Suci’ Alamut. Penyendupan senjata rahasia menjadi alasan
penyerbuan. Namun bukan itu sesungguhnya yang menjadi pertimbangan penyerbuan.
Disinilah konspirasi Sang Paman mulai beraksi. Kelak kita akan mengetahui bahwa
alasan ini hanya sebagai pengalihan isu. Mendapatkan jam pasir yang dapat
menahan dan mengembalikkan ke waktu yang lampau adalah tujuan utamanya.
Putri Tamina |
Prince Dastan
berhasil mengemban tugas dari kakaknya Pangeran Tus yang menjadi pemimpin
pasukan untuk menghancurkan tembok pertama pertahanan musuh. Dan akhirnya kota
tersebut berhasil ditaklukan dan menawan Tuan Putri untuk dihadiahkan kepada
kakanya -Pangeran Tus- sebagai seorang istri. Mendengar keberhasilan Pangeran Dastan
menaklukan Kota Alamut, Pamannya yang juga menjabat sebagai penasehat kerajaan (mungkin
sama seperti patih, -red) memberinya sebuah jubah yang sangat anggun untuk
dihadiahkan kepada Raja (kelak kita akan mengetahui bahwa jubah inilah yang
menjadi sumber malapetaka).
Sang Raja tampak
begitu bahagia. Tak lain dan tak bukan adalah karena kemenangannya dalam menaklukkan
Kota Alamut. Mengetahui Putra Pangerannya
mendapatkan tawanan seorang Putri yang kelak dapat dinikahinya, kebahagiaan
Raja pun jadi bertambah. Ternyata tidak hanya itu saja, Pangeran Dastan yang menuruti
nasehat Pamannya untuk menghadiahi Sang Raja dengan sebuah jubah yang sangat
indah semakin melengkapi kebahagiaan sang Raja.
Namun, ternyata hal
itu adalah kebahagiannya yang terakhir. Setelah mendapat hadiah jubah dari Pangeran
Dastan, seketika itu pula Raja mengenakannya. Jubah yang sangat cocok untuk
Raja. Raja kelihatan begitu gagah memakai jubah tersebut. Disinilah malapetakan
dimulai. Tak lama setelah Raja pakai, badan Raja langsung gatal-gatal dan
terbakar. Ternyata didalam jubah sudah dibubuhi dengan racun yang sangat
mematikan. Tak pelak luka bakar yang mengena kulitnya sangat parah. Saking tak
tahannya akan rasa sakit yang ditimbulkan, Raja langsung tersungkur dari
singgasananya. Dan seketika itu pula Malaikat maut langsung datang menjemput King Shahraman. Raja yang dikenal wibawa tewas setelah memakai jubah hadiah dari
putranya sendiri, Pangeran Dastan.
Pangeran Dastan
menjadi tersangka utama dalam adegan ‘pembunuhan’
Raja. Melihat kejadian itu, ia merasa mara bahaya mengancam dirinya dan dengan
sigap ia langsung melarikan diri. Ia lantas menjadi buronan seluruh orang di
Kerajaan termasuk oleh kakaknya sendiri. Pamannya pun tak ketinggalan untuk
turut serta memburu Pangeran Dastan. Uniknya dalam pelarian itu, Putri Tamina
yang akan dinikahkan dengan Pangeran Tus justru memilih ikut dalam pelarian bersama
Pangeran Dastan.
Kecerdasan
mengarahkan Pangeran Dastan untuk bertindak tenang dan bijak. Mengambil risiko
besar, ia mendatangi pamannya di pemakaman ayahnya. Dari pertemuan itu,
terkuaklah bahwa sutradara sebenarnya dari kejadian tewasnya Sang Raja tak lain
adalah pamannya sendiri. Hal itu terbukti dengan ditemukannya luka bakar pada
tangan Pamannya akibat sedikit terkena racun ketika menaburnya di jubah sebelum
dipakai Raja. Namun kakaknya belum percaya kalo pembunuh sebenarnya adalah Sang
Paman. Jadi, pengejaran terhadap pangeran Dastan tetap berlanjut.
Sampai pada suatu
kejadian Pangeran Garsiv menemukan Pangeran Dastan. Duel dua bersaudarapun tak
dapat dihindari lagi. Ditengah-tengah pertempuran, tiba-tiiba datang pasukan
Assasin yang mencoba membunuh mereka berdua. Ternyata Paman Nizam yang membayar
para Assasin untuk melenyapkan mereka. Pangeran Garsiv tewas dalam pertempuran
melawan Assasin, namun Prince Dastan berhasil selamat.
Sepandai-pandai
tupai melompat akhirnya jatuh juga. Pepatah itulah yang cocok untuk
menggambarkan kondisi Paman Nizam. Sepintar-pintarnya dia meracik rencana busuk
akhirnya tercium juga. Akhirnya terkuaklah siapa sutradara sesungguhnya dari
semua malapetaka. Penyerbuan yang menyebabkan kematian Pangeran Garsiv membuat
semua tahu bahwa perancang skenario pembunuhan adalah Paman Nizam. Ia ingin
semuanya mati sehingga tahta kerajaan jatuh pada dirinya yang notebene adalah
adik dari Raja Shahraman.
Tampaknya Nizam
sudah termakan oleh tabiat setan yaitu keserakahan dan tamak. Ia menginginkan
menjadi raja. Bahkan sifat ini sudah terpendam lama sejak Shahraman menjadi
raja. Kepada kakaknya sendiri ia iri dan cemburu, hanya karena sebuah tahta
menjadi raja. Nizam sangat menyesal pernah menyelamatkan Shahraman dari
serangan singa ketika berburu di gurun pasir
sewaktu masih kecil. Ia menyesal sekali. Dan ternyata serangan ke Kota
Alamut sebenarnya adalah untuk mencari jam pasir yang bisa mengulang waktu ke
masa silam. Nizam ingin kembali ke masa ketika ia menyelamatkan Shahraman. Ia
ingin membiarkan Shahraman diterkam singa. Seandainya Shahraman tidak ia
selamatkan pasti ia sudah tewas dimakan oleh singa gurun yang kelaparan dan otomatis
dirinya yang akan menjadi raja, bukannya Shahraman. Ketamakan dan keserakahan akan
kekuasaan inilah yang melatarbelakangi dari semua bencana.
Setali dengan kisah
di film The Prince of Persia, ternyata kisah akan peristiwa pembunuhan untuk
kali pertama di dunia ini juga didasari oleh hawa nafsu yang tidak bisa
dikendalikan seperti sifat tamak, iri hati dan dengki yang justru terjadi terhadap
saudaranya sendiri. Adalah Qabil sang kreator pembunuh pertama dalam sejarah
peradaban manusia. Ia adalah putra nabi Adam a.s yang telah membunuh saudaranya
sendiri yaitu Habil. Iri dengki yang telah menggerogoti Qabil lantaran
persembahannya tidak diterima Alloh karena tidak didasari dengan keikhlasan.
Berbeda dengan Habil yang diterima Alloh karena ia ikhlas. Persembahan yang
ditolak Alloh karena tidak dengan ikhlas menyebabkan kebencian terhadap
saudaranya sendiri sampai akhirnya ia bunuh dengan tangannya sendiri.
Al Qur’an mengisahkannya dengan
jelas dalam surat Al Maidah ayat 27-32.
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain
(Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa." QS 5:27
"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian
alam." QS
5:28
"Sesungguhnya aku ingin
agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka
kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi
orang-orang yang zalim." QS 5:29
“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.” QS 5:30
“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.” QS 5:30
Amat bahayanya
sifat iri dengki dan tamak, sampai-sampai tega membunuh saudaranya sendiri. Pentingnya
akan mengendalikan hawa nafsu yang dapat menuntun kita kepada kebaikan dan
kebenaran, bukan hanya dimata kita dan manusia lainnya namun juga kebaikan dan
kebenaran yang diridhoi Alloh SWT. Selalu ingat (dzikrulloh) dan merasa selalu
diawasi Alloh (muroqobatulloh) akan mengantarkan kita dekat dengan Alloh, selain
itu juga merupakan cara yang efektif untuk menepis sifat-sifat tercela itu. Selagi
ada kesempatan, marilah.. Wallohu
a’lam...
0 komentar:
Posting Komentar