“Iya nihh... Gimana dong???” komentar teman sebelahnya
yang tak kalah galaunya.
Yuhuu, makin ngetren aja ‘galau’
ini. Seolah sudah janjian dengan hujan yang makin rajin mengguyur bumi akhir-akhir
ini –musim hujan-.
Galau. -ilustrasi (inet)- |
Galau memang sah-sah saja melanda manusia,
ya gak? Namanya juga manusia.
Galau biasa diartikan sebagai kacau tidak
karuan. Atau dengan kata lain, kondisi seseorang yang sedang sedih, bingung,
resah, dan gelisah. Terjadi karena masalah yang mungkin datang dengan tiba-tiba
atau bisa juga lantaran masalah yang tak kunjung selesai. Seiring pertanyaan yang terbesit dalam hati, “Sampai kapan
penderitaan ini terus berlangsung???”
Ketika masalah itu melanda, suasana
psikologis jadi terganggu. Mood yang
tadinya bagus bisa-bisa seketika itu jadi bad
lantaran masalah yang tiba-tiba datang menerpa tanpa kabar-kabar dahulu –emang
tamu- he... Selera makan tak jarang jadi pergi tak berjejak. Hati jadi tak tenang,
pikiran jadi tidak fokus, semangat jadi ikut-ikutan down, badan juga bisa panas dingin ketika masalah tiba-tiba
saja datang menghampiri. Mau sekolah rasanya ogah-ogahan, mau
kuliah jadi setengah hati, mau kerja juga ngrasanya males banged, jadi gak enak
untuk beraktivitas.
Yaa…itulah manusia. Memang menjadi hal
yang manusiawi galau melanda. Siapapun itu, dimanapun ia berada dan apapun
makannya galau bisa melanda –termasuk yang nulis-.
Kalau kita telusuri ke masa dahulu, ternyata “kegalauan”
juga pernah melanda sahabat Nabi lho..
Ah masa si..???
sahabat Nabi gitu loh..
Yup!! Ada sebuah
kisah yang menceritakan sahabat yang terkenal tegas, mengalami ‘galau’. Yup,
dialah sahabat Umar Bin Khottob yang sedang mengalami kegalauan.
Kok bisa si beliau terkena virus ‘galau’?
Mari kita selidiki lebih lanjut kisahnya.
Kisah tersebut
berawal dari disepakatinya sebuah perjanjian antara RosulullohSAW dengan Kaum Quraisy yang terkenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Waktu itu, Rosululloh
SAW beserta sahabat berencana untuk safar menuju Masjidil Haram dan thawaf
disana. Tetapi sebelum niat itu terlaksana, ternyata Kaum Quraisy mendengar
rencana Rosululloh SAW tersebut. Mereka segera mencegat rombongan Rosululloh
SAW ditengah jalan menuju Masjidil Haram. Sampai akhirnya dipilihlah seorang dari
pihak Kaum Muslim sebagai utusan untuk menyampaikan kepada Kaum Quraisy ikhwal
kedatangannya ke Masjidil Haram untuk thawaf, yaitu Utsman bin Affan. Sempat
terdengar ia dibunuh oleh orang-orang Quraisy, sampai-sampai Rosululloh SAW
mengadakan Baiat Ridhwan untuk mewakili Utsman. Yang karenanya Alloh SWT menurunkan ayat ke 18 Surat Al Fath:
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap
orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka
Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya)”
Tapi kabar itu tak ubahnya kabar angin,
saat baiat berlangsung Utsman pun muncul, yang menandakan bahwa beliau masih hidup.
Akhirnya pengukuhan perjanjian diantara
dua pihak pun terlaksana. Masing-masing pihak mempunyai klausul atas perjanjian
yang akan disepakati. Pihak Quraisy diwakili oleh Suhail bin Amr. Rosululloh
senang berunding dengan dia karena namanya yang berarti mudah dan gampang, Rosul berharap
perundingan akan segera berhasil dengan sukses. Dengan melewati
perundingan yang cukup panjang akhirnya kedua belah pihak sepakat
terhadap kalusul-klausulnya.
Ketika klausul mau ditulis Ali bin AbuThalib dengan kalimat basmalah sebagai pembuka, Suhail menyela dan meminta untuk dirubah
dengan “Bismika Allahumma.” Bahkan bantahan itu terjadi sampai dua kali.
Bantahan yang kedua terjadi ketika Ali akan menuliskan”....Muhammad Rosul
Alloh”.
Suhail kembali menyela dan menyuruh
menggantinya dengan “Muhammad bin Abdullah”. Rosul bersabda, “Bagaimanapun juga
Aku adalah Rosul Alloh sekalipun kalian mendustakan Aku.” Lalu beliau
memerintahkan Ali untuk menulis seperti usulan Suhail dan menghapus kata-kata
Rosul Allh yang sudah terlanjur tertulis. Namun Ali sempat menolak
menghapusnya. Akhirnya Beliau yang menghapusnya dengan tangan Beliau sendiri.
Dengan selesainya klausul perjanjian,
menandakan bahwa ada gencatan senjata antara kaum Muslim dengan Quraisy.
Perjanjian itu juga menandakan terkait kegagalan rencana Kaum Muslim untuk
thawaf di Masjidil Haram karena salah satu isi perjanjiannya adalah baru
mengijinkan Kaum Muslim untuk thawaf tahun depan. Inilah untuk pertama kalinya
kaum Muslim ‘berdamai’ dengan Quraisy sejak bersitegang pada perang Badar.
Selesainya perjanjian menyisakan dua
fenomena yang susah diterima diantara orang-orang Muslim. Yang pertama,
kegagalan untuk thawaf menimbulkan kekeceweaan pada orang-orang Muslim sehingga
tampak murung dan sedih. Mereka bertanya-tanya, mengapa Rosul kembali lagi
tanpa thawaf di Masjidil Haram. Padahal Rosul telah menyatakan untuk mendatangi
Masjidil Haram dan thawaf. Fenomena yang kedua adalah ketika Rosululloh dengan
mudahnya memenuhi setiap sangkalan Suhail dan permintaannya ketika berunding.
Pertanyaan yang muncul dibenak orang-orang Muslim adalah Rosululloh SAW yang
jelas berada pada jalan kebenaran dan Alloh yang sudah menjanjikan kemenangan
agama-Nya, mengapa buru-buru merendahkan diri dengan mengukuhkan perjanjian
tanpa melakukan tekanan terhadap Quraisy terlebih dahulu?
Dua fenomena inilah yang memancing
munculnya keragu-raguan, was-was, dan dugaan macm-macam di hati mereka. Karena
dua fenomena ini pula perasaan mereka menjadi perih dan terluka. Hal ini
terjadi sebab dugaan dan kepedihan lebih menguasai pikiran tanpa dipikirkan
lebih jauh dampak dari isi perjanjian.
Salah satu sahabat yang sangat murung
adalah Umar bin Khottob, sahabat yang terkenal ketegasannya.
Umar kemudian menemui Rosululloh SAW dan bertanya, “Wahai Rosululloh, bukankah kita berada di atas kebenaran dan mereka berada di atas kebatilan?”
“Begitulah,” Jawab Beliau
“Bukankah korban yang mati di antara kita
berada di surga dan korban yang mati diantara mereka berada di neraka?” Tanya
Umar melanjutkan.
“Begitulah.” Jawab Beliau.
“Lalu mengapa kita merendahkan agama kita
dan kembali, padahal Alloh belum lagi membuat keputusan antara kita dan
mereka?” Tanya Umar lagi.
“Wahai Ibnul Khaththab, aku adalah Rosul
Alloh dan aku tidak akan mendurhakaiNYA. Dia penolongku dan sekali-kali tidak
akan menelantarkan aku.” Jawab Rosululloh.
“Bukankah engkau telah memberitahukan
kepada kami bahwa kita akan mendatangi Ka’bah dan thawaf disana?” Umar kembali
bertanya.
“Begitulah. Apakah aku pernah menjanjikan
kita untuk ke sana tahun ini?” Rosul gantian bertanya.
Umar menjawab, “Tidak.”
“Kalau begitu engkau akan pergi ke Ka’bah dan
thawaf di sana tahun depan.” Sabda Beliau.
Ka'bah |
Mendengar jawaban Rosul, hati Umar masih
penasaran dan bertanya-tanya. Lalu ia menemui Abu Bakar dan bertanya sama
seperti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rosululloh. Ternyata Abu
Bakar juga memberikan jawaban yang sama persis. Lalu ia menambahi jawabannya,
“Patuhilah kepada perintah dan larangan beliau sampai engkau meninggal dunia.
Demi Alloh, Beliau berada diatas kebenaran.”
Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu
kepada Rosululloh, Al Fath ayat 1
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.”
dan seterusnya dari Surat Al Fath, lalu
Beliau membacakannya kepada Ummar.
Umar kembali bertanya, “Wahai Rosululloh
apakah itu benar-benar sebuah kemenangan?”
“Benar.” Jawab Beliau.
Mendengar jawaban
tersebut dari Rosululloh, hati Umar baru merasa tentram dan tenang. Kemudian ia
menyesali tindakannya tadi yang banyak bertanya. Umar pun hanya seorang manusia
biasa seperti kita. Namun ia ‘beruntung’ karena kegalauannya itu tetap dijalan
kebenaran. Beliau segera bertobat kepada Alloh atas kekeliruannya itu. Ia
terus-terusan beristighfar memohon ampun. Alhamdulillah...dengan dikembalikan
kepada Alloh semua kegalauan itu berakhir dengan cara-cara yang diridhoiNYA.
Allohu a’lam...
3 komentar:
mz saran yaw, diakhir tulisan ini klo boleh dkasi kesimpulan buat pembacanya yg berkaitan dg judul n kisah yg di dlmnnya,,,
Tadinya memang sudah tek tulis, tp te pikir2 akhirnya tek hapus saja lah..
Biar para pembaca mengambil ibrohnya sendiri2 yah..
Trma ksh Ta..
Salah satunya ada di penghuujung...
"...Alhamdulillah dengan dikembalikan kepada Alloh semua kegalauan itu berakhir dengan cara-cara yang diridhoiNYA".
Posting Komentar