Senin, 13 Juni 2011 | By: e_yanuarto

Berbuat Baik (Ternyata)Tidak Selalu Diterima Baik

N
   iat hati berbuat baik mau membantu, tapi apa daya malah diartikan berbeda dan malah ditolak. Secara logika sehat mungkin kondisi yang bertentangan yah… tapi itu faktanya lho… Masih hangat diingatan kita semua kalo beberapa hari yang lalu salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang transportasi massa -PT. KA- sedang menerapkan program baru untuk menurunkan, mencatat, dan memberikan denda kepada penumpang nakal yang nekad naik di atas kereta. Saya yakin sekali tujuan kebijakan tersebut untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam perjalan. Selain itu, PT.KA juga menggunakan strategi semprotan cairan berwarna untuk ‘menembaki’ para penumpang nakal tersebut supaya kapok dan tidak mengulangi lagi naik keatas kereta. Btw bus way, Bagaimana hasilnya??? Mari kita tengok..

Ternyata masih ada saja penumpang yang nekad naik keatas kereta, tanpa ampun mereka diturunkan oleh petugas. Merasa diperlakukan tidak manusiawi, para penumpang membalas dengan melakukan pengrusakan alat tembak cairan warna. Tak cukup itu saja, mereka melempari pos penjaga pintu perlintasan kereta api dengan batu, tak ayal jika beberapa fasilitas jadi rusak. Yang lebih mencengangkan lagi, sekarang ini para penumpang sudah menyiapkan amunisi untuk ‘perang’ berupa batu dari sebelum mereka naik kereta, jadi ketika mereka naik keatas dan ‘diserang’ petugas mereka juga sudah siapkan serangan balasan. Sungguh kondisi yang mengiris hati. Terlepas dari sudut pandang perusahaan maupun penumpang, Niat hati PT.KA untuk berbuat baik, tapi apa daya malah disalahartikan.
Kalau kita tengok sejarah dakwah Nabi, kondisi hampir serupa pun pernah dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau pergi ke Thoif bersama pembantunya Zaid bin Haritsah dengan niat baik-baik untuk mengajak penduduk Thoif beriman kepada Alloh SWT dan tidak lagi memuja berhala yang tidak ada manfaatnya selain tetap terjerumus dalam kesesatan, ternyata para penduduk Thoif dengan terang dan tegas menolak kehadiran Rosululloh SAW. Mereka mencaci maki dan mencerca Rosul. Bahkan, para penduduk Thoif tersebut melempari Rosululloh Muhammad SAW dengan batu. Tak dihindari lagi terumpah beliau jadi terluka dan basah oleh cucuran darah yang mengalir.
Dalam peristirahatannya dibawah sebatang pohon anggur, Rosul berdoa kepada Alloh SWT:
“Ya Alloh, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang paling pengasih di antara para pengasih, Engkau adalah Robb orang-orang yang lemah, Engkaulah Robbku, kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas afiat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan cahaya WajahMu yang menyinari segala kegelapan dan karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahanMu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain denganMu.”
Kemudian Alloh menghibur Rosululloh dengan mengutus malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung. Malaikat penjaga gunung itu, mengucapkan salam dan menawari Rosululloh sebuah tawaran, “Wahai Muhammad, itu sudah terjadi, dan apa yang engkau kehendaki? Jika engkau menghendaki untuk meratakan Akhsyabaini1), tentu aku akan melakukannya.”
Nabi SAW menjawab,”Bahkan aku berharap kepada Alloh SWT, Dia mengeluarkan dari kalangan mereka orang-orang yang menyenbah Alloh semata dan tidak menyekutukan sesuatupun denganNya.”
Dari jawaban Rosululloh SAW kita bisa dapatkan kepribadian beliau yang amat menawan dan akhlak beliau yang agung. Rosululloh yang begitu ikhlas dalam menerima keadaannya serta berserah diri kepada Alloh SWT atas segala urusannya. Sulit dicari bandingan seperti itu. Rosululloh SAW merasa senang dan hatinya tentram setelah mendapat pertolongan ghaib yang diulurkan Alloh SWT dari atas tujuh langit. Dan benar adanya, pada akhirnya muncul sahabat Rosul yang berasal dari Thoif yang akan menjadi pembela Islam dan berjuang bersama Rosululloh.
Selepas dari Thoif menuju ke Mekkah, Rosululloh menyusun langkah baru untuk menyebarkan Islam dan menyampaikan rislah Alloh dengan semangat baru dan optimism baru . Sesaat sebelum sampai di Mekkah, Zaid bin Haritsah bertanya, “Bagaimana cara engkau memasuki Mekkah, padahal mereka (orang-orang Quraisy) sudah mengusirmu?”
Kemudian Rosul menjawab,”Wahai Zaid, sesungguhnya Alloh pasti akan menciptakan kelonggaran dan jalan keluar dari masalah yang engkau lihat. Sesungguhnya Alloh akan menolong agamaNya dan memenangkan NabiNya.”
 Dari kisah-kisah tersebut memberikan banyak pelajaran kepada kita, diantaranya mengajarkan kepada kita untuk terus mengajak ‘saudara-saudara’ kita kepada kebaikan yang diridhoi Alloh SWT –amar ma’ruf nahi munkar-; ada kalanya niat baik yang akan kita sampaikan dan dilakukan tidak diterima oleh orang yang kita beri, hal ini bisa terjadi karena sedikitnya atau bahkan tidak adanya cahaya Alloh dalam hatinya sehingga yang terjadi malah penenolakan; dibutuhkan cara yang santun dan tepat untuk memberikan niat baik tersebut agar tidak miscommunication sebagaimana tercantum dalam surat An Nahl ayat 125; dibutuhkan pemahaman dan keikhlasan yang bener-bener tulus bahwa hak kita terhadap sesama hanya untuk mengingatkan, adapun hasil dari usaha kita seperti turunnya hidayah dari Alloh adalah semata-mata kekuasaan Alloh yang Maha Kuasa akan segala hal.
Wallohu a’lam bishoab….




 

1)     Akhsabaini adalah dua gunung di Mekkah, yaitu Gunung Abu Qurbais dan Gunung di seberangna, Qa’aiqa’an.


0 komentar:

Posting Komentar